Ilustrasi. Deteksi dini dan pencegahan diabetes melitus pada anak. |
INDONESIATERKINI.ID - Pencegahan komplikasi berat pada anak yang menderita diabetes melitus bisa dilakukan melalui deteksi dini. Hal ini disampaikan oleh dr. Ghaisani Fadiana Sp.A (K), seorang dokter spesialis anak divisi endokrinologi dari RS Cipto Mangunkusumo, dalam diskusi daring mengenai diabetes melitus pada Jumat lalu. Menurut Ghaisani, deteksi dini merupakan langkah penting untuk mengurangi risiko komplikasi di kemudian hari.
Dalam upaya mencegah komplikasi, terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah melakukan screening atau pemeriksaan rutin setiap tahun, terutama bagi anak-anak yang telah memasuki usia pubertas atau yang sudah menderita diabetes selama 3 hingga 5 tahun.
"Contohnya untuk evaluasi fungsi kesehatan dan kemudian kita akan periksa urine apakah ada kebocoran di ginjalnya dan fungsi persyarafan, kita akan kita cek per tahun tujuannya supaya deteksi dini," jelas Ghaisani.
Pemeriksaan rutin ini bertujuan untuk mendeteksi lebih awal adanya masalah pada fungsi ginjal dan saraf, yang sering kali menjadi komplikasi pada penderita diabetes melitus.
Langkah lain yang tak kalah penting adalah menjaga dan mengontrol kadar gula darah agar tetap dalam batas normal. Salah satu pemeriksaan yang direkomendasikan untuk mengukur kadar gula darah adalah tes HbA1C. Pemeriksaan ini mengukur rata-rata kadar gula darah harian, dengan angka ideal yang disarankan adalah 150 mg/dl.
Pemeriksaan HbA1C membantu dalam mencegah komplikasi dini dan diharapkan dapat memperpanjang harapan hidup penderita diabetes hingga 20-30 tahun.
Secara umum, Ghaisani menjelaskan bahwa komplikasi diabetes melitus dibagi menjadi dua, yaitu komplikasi akut dan kronik. Komplikasi akut terjadi ketika kadar gula darah terlalu rendah atau terlalu tinggi, sedangkan komplikasi kronik dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu makrovaskuler dan mikrovaskuler.
Makrovaskuler berkaitan dengan kerusakan pada pembuluh darah besar, yang bisa menyebabkan masalah jantung dan peningkatan kadar kolesterol. Sementara itu, komplikasi mikrovaskuler melibatkan pembuluh darah kecil dan dapat memengaruhi tiga organ utama, yaitu retina mata, ginjal, dan saraf.
Komplikasi akut dapat ditangani di rumah sakit tanpa memerlukan rujukan khusus, namun komplikasi yang berhubungan dengan organ seperti retina atau ginjal membutuhkan penanganan lebih lanjut di rumah sakit pusat untuk pemantauan komplikasi.
Ghaisani juga menekankan pentingnya peran orang tua dalam mendukung anak yang didiagnosis dengan diabetes melitus. Ia mengingatkan agar orang tua tidak khawatir, karena anak-anak yang menderita diabetes melitus tetap dapat tumbuh dengan normal dan menjalani kehidupan seperti anak lainnya. Bahkan, anak dengan diabetes melitus masih bisa berprestasi dalam bidang akademik dan tetap beraktivitas dengan baik.
Bahkan, menurut Ghaisani, anak-anak dan remaja yang menderita diabetes melitus masih bisa menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadan, asalkan kadar gula darah mereka dipantau dengan baik.
"Jadi garis besarnya mungkin ada sedikit penyesuaian dosis insulin, pemantauan gula darah itu yang paling penting," ucap Ghaisani.
Begitupun melansir Pafibekasi.org, jika para orangtua dihadapkan dalam situasi ini, maka konsultasi dengan dokter sangat dianjurkan untuk memantau tren kadar gula darah selama beberapa bulan sebelum memasuki bulan puasa, sehingga dosis insulin dan pengaturan pola makan bisa disesuaikan dengan baik.